Siapa Friedrich Engels sebenarnya? Mengapa dia mau membantu menunjang
kehidupan Marx di London, selama riset untuk penulisan buku Das Kapital
? Apa motivasi dia untuk membantu riset seorang pemikir dan aktivis
anti-kapitalis terbesar di masa hidupnya? Lahir tanggal 28 November 1820
di Barmen, sebuah kota kecil di Lembah Wupper (Wuppertal), Engels
adalah anak tertua dari seorang industrialis Ermen & Engels, yang
punya pabrik di Barmen (Jerman) dan Manchester (Inggris).Wuppertal
terkenal sebagai basis kaum Pietis, yang melahirkan organisasi penginjil
Jerman yang bekerja menyebarkan Injil sampai di lembah-lembah
Pegunungan Tengah di Tanah Papua. Pada saat yang sama, kemiskinan kaum
buruh di Wuppertal menyentuh nurani Engels sejak muda. Tahun 1839, waktu
baru berusia 19 tahun, Engels menerbitkan tulisan-tulisannya tentang
kemiskinan di Wuppertal dalam Surat-surat dari Wuppertal, secara
bersambung dalam koran Telegraph fuer Deutschland di bawah nama samaran
"X" atau "F. Oswald". Namun keluarganya lama-lama tahu, siapa
sesungguhnya penulis laporan-laporan kemiskinan itu.
"Kemiskinan yang luarbiasa terdapat di lapisan kelas bawah di
Wuppertal", tulis Engels, "di mana dari 2500 anak-anak usia sekolah di
Elbertfeld saja, 1200 anak tidak bisa menikmati bangku sekolah, dan
tumbuh menjadi dewasa sebagai buruh pabrik, supaya para industrialis
tidak perlu membayar buruh dewasa, dan dapat membayar buruh anak-anak
dengan upah separuh dari buruh dewasa". Itu membuat dia menjadi sangat
sinis terhadap para Pietis pemilik pabrik-pabrik di Wuppertal, yang
berdalih bahwa buruh anak-anak itu dibayar serendah mungkin, supaya
tidak menghabiskan uang mereka untuk minum-minum (Dennehy 1996: 101-2).
Ini mungkin mendorong Engels menjadi atheis keras (Carver 1996: 13).
Untuk melawan ke"kiri"an putra sulungnya, yang diharapkan dapat
mengambilalih kendali perusahaannya, tahun 1842 ayah Engels mengirimnya
ke Manchester, Inggris, untuk magang di cabang perusahaan Ermen &
Engels di sana. Namun alih-alih berhasil 'menjinakkan' sang pemuda,
selama dua tahun di Inggris Engels justru berusaha meneliti penderitaan
kaum pekerja, yang terutama di pabrik-pabrik tekstil di Manchester dan
kota-kota sekelilingnya. Selain memang sudah berjiwa 'kiri', introduksi
Engels ke kehidupan kelas pekerja di sana terfasilitasi oleh hubungannya
dengan Mary ("Lizzie") Burns, buruh perempuan keturunan Irlandia yang
bekerja di perusahaan ayahnya, setibanya di Manchester. Bertahun-tahun
lamanya Engels hidup bersama Mary Burns, tanpa menikah. Ia baru menikahi
Mary Burns, menjelang kematian perempuan itu di ranjangnya pada tahun
1878 (Tucker 1978: xvii; Dennehy 1996: 106; Newman 2006: 33).
Sepulang ke Barmen tahun 1844, Engels mulai menulis hasil
pengamatannya di Inggris, yang kemudian menjadi karya non-fiksi pertama
yang menggambarkan proses terbentuknya kelas proletar di Inggris.
Pertama kali diterbitkan dalam bahasa Jerman tahun 1845, baru tahun
1892, lama sesudah Marx meninggal, buku itu diterbitkan dalam bahasa
Inggris, dan berulangkali dicetak ulang di Britania Raya, Australia, dan
AS (1969). Buku tentang sejarah terbentuknya kelas proletar di Inggris
itu merupakan satu dari dua karya klasik Engels, yang ditulisnya
sendiri. Karya klasiknya yang lain, yang ditulis setahun setelah Marx
meninggal, adalah The Origin of the Family, Private Property and the
State, in Light of the Researches of Lewis Henry Morgan, yang ditulis
tahun 1884 (juga diterbitkan dalam Tucker 1978: 734-59).
Karya Engels yang menyoroti lahirnya patriarki seiring dengan
munculnya kapitalisme, banyak menimba informasi dari karya antropolog
AS, Lewis H. Morgan (1818-81), Ancient Society or Researches in the
Lines of Human Progress from Savagery, through Barbarism to Civilization
(London, 1877), yang menggambarkan perkembangan masyarakat dari
masyarakat tribal, khususnya persekutuan (konfederasi) Iroquois, ke
masyarakat kapitalis masa kini, yang ditandai dengan pergeseran
masyarakat dari sistem matrilinier ke patrilinier. Dalam konfederasi
ini, yang aslinya bernama "Hau-De-No-Sau-Nee" (= Orang-orang dari Rumah
Panjang) dan meliputi bangsa-bangsa Mohawk, Seneca, Cayuga, Oneida,
Onondoga dan Tuskarora, berlaku kesetaraan gender dalam pimpinan marga,
bangsa, maupun konfederasi. Wilayah konfederasi ini meliputi perbatasan
AS dan Kanada sekarang. Dibantu oleh penyusunan kembali data Morgan oleh
Marx, berjudul Ethnological Notebooks, Engels menulis The Origin
sebagai 'jawaban teoretis' terhadap kebangkitan feminisme dalam gerakan
sosialis di Jerman, yang terpicu oleh buku August Bebel, seorang
sosialis Jerman, berjudul Die Frau in der Vergangenheit, Gegenwart, und
Zukunft (1879). Buku Engels kemudian mengilhami menantu Karl Marx, Paul
Lafarge (1842-1911) untuk menulis buku The Evolution of Property from
Savagery to Civilization (1890), yang juga sangat menghargai komunisme
purba. Makanya, buku Engels ini, yang mencita-citakan masyarakat komunis
yang bebas dari patriarki, menjadi pegangan bagi para feminis Marxis
(Marx 1981: 278; Akwesasne Notes 1978; Johansen 1982; Geoghegan 1987:
58-62; Vogel 1996; Putnam-Tong 1998: 150).
Kolaborasi Engels dengan Marx
Perjalanan pergi dan pulang ke/dari Inggris mengabadikan pertemuan,
persahabatan, dan kolaborasi antara Engels dan Marx selama puluhan
tahun. Engels pertama kali berkenalan dengan Marx di kantor redaksi
Rheinische Zeitung di Koln, di mana Marx menjadi pemimpin redaksi.
Engels waktu itu sedang dalam perjalanan menuju ke Inggris. Sewaktu
berada di Inggris, Engels mengirimkan tulisan-tulisannya ke Marx, yang
dimuat di Rheinische Zeitung. Sesudah Marx meletakkan jabatan di
Rheinische Zeitung dan bersama Arnold Ruge menerbitkan
Deutsch-Franzosische Jahrbuecher di Paris, Engels mengirimkan
tulisannya, "Outlines of a Critique of Political Economy", kepada Marx,
yang dimuat di Jahrbeucher (Tucker 1978: xv-xvi).
Sepulang dari Manchester, sekitar tanggal 28 Agustus 1844, Engels
menemui Marx di Paris, dan sejak saat itulah mereka berdua mulai
bekerjasama dengan sangat akrab. Tahun 1845, keduanya menulis buku The
Holy Family, tahun 1845-46 mereka bersama-sama menulis buku The German
Ideology, bulan Februari 1848 mereka menerbitkan Communist Manifesto di
London, suatu pamflet bagi gerakan buruh yang mereka mulai bangun, dan
antara 1848-49 keduanya bersama-sama mengedit koran Neue Rheinische
Zeitung yang tetap diterbitkan di Koln (Tucker 1978: xv-xvi).
Engels jugalah yang mulai mengajak Marx bekerjasama membangun gerakan
buruh baru, dimulai dari Communist Correspondence Committees yang
dibentuk di Brussels awal 1846, kemudian melebar ke London, Paris, Koln,
dan kota-kota lain. Ini memang mudah bagi Engels, sebab selama masa
magangnya di Inggris, ia sudah mulai bekerjasama dengan beberapa gerakan
kiri (sosialis), yakni kelompok Chartist dan kelompok Owenite. Baru
pada tahun 1864, keduanya ikut mendirikan International Working Men's
Association (IWMA), International pertama (Tucker, op. cit.; Carver
1996).
Komplementaritas keduanya terletak pada fakta, bahwa ide-ide
filosofis Marx yang sangat abstrak dapat 'dibumikan' dengan observasi
Engels yang diangkat dari kondisi konkrit kehidupan kaum proletar dan
kaum borjuis yang diamati Engels secara nyata. Engels jugalah yang
mengajak Marx melihat kehidupan nyata di Manchester di musim panas 1845
(Tucker 1978: xvii; Carver 1996). Seperti dikemukakan E. Wilson:
"Barangkali jasa terbesar Engels bagi Marx di masa itu adalah,
menempatkan wajah para proletar Marx yang abstrak dalam suatu rumah dan
pabrik yang nyata" [Perhaps the most important service that Engels
performed for Marx at this period was to fill the blank face and figure
of Marx's abstract proletarian and to place him in a real house and a
real factory] (Dennehy 1996: 99).
Kemampuan Engels menjembatani dunia borjuis dan proletar terbantu
oleh kehidupannya bersama Mary Burns. Sementara itu, kemampuan Engels
menjembatani dunia filsafat dan kondisi lapangan terbantu oleh
kuliah-kuliah filsafat yang diikutinya di Universitas Berlin antara
tahun 1841-42, semasa dia mengikuti dinas militer di Angkatan Darat
Prusia. Waktu itulah ia mengikuti diskusi-diskusi kaum Hegelian Muda,
sumber inspirasi Marx muda setamat kuliah filsafatnya di Universitas
Jena. Selama di Berlin, Engels membaca kritik Ludwig Feuerbach terhadap
agama Kristen, The Essence of Christianity (1841). Tulisan itu, yang
terbit dua bulan sebelum Marx menyerahkan disertasi doctor filsafatnya,
juga mempengaruhi Marx sehingga ia menolak idealisme Hegel dan
mengadopsi materialisme Feuerbach (McLellan 1972: 283;Tucker 1978: xv;
Dennehy 1996: 102).
Kesimpulan
Dengan membaca biografi Engels begini tampaklah bahwa putra kapitalis
Jerman itu bukan seorang dermawan yang mendukung riset Marx dengan
agenda tersembunyi (agenda pro-kapitalis). Memang, ia menyunting
naskah-naskah Marx untuk karya besarnya, Das Kapital, yang tidak
terbengkalai setelah Marx meninggal (14 Maret 1883), 12 tahun sebelum
Engels (meninggal 5 Agustus 1895). Tapi kemampuan Engels menyunting
naskah-naskah itu menjadi jilid 2 dan 3 Das Kapital, disebabkan oleh
konvergensi pikiran mereka berdua, yang sudah mereka sadari puluhan
tahun sebelumnya.
Kendati demikian, perlu dicatat bahwa Engels punya identitas sendiri,
yang ikut mempengaruhi karya mereka. Sebagai seorang industriawan,
Engels lebih mahir dalam soal hitung menghitung, sementara Marx lebih
melihat dinamika di antara kategori-kategori besar. Sebagai industriawan
Engels juga lebih tergila-gila pada iptek, khususnya "science ",
sehingga menempelkan predikat "ilmiah" kepada sosialisme Marx, untuk
membedakannya dengan aliran-aliran sosialisme sebelumnya. Lalu, berbeda
dengan Marx, yang lebih banyak menyoroti penderitaan buruh perempuan
dari sudut hiperkes, Engels menyoroti sejarah munculnya patriarki,
walaupun belum mengenal konsep tersebut secara eksplisit.
Kendati demikian, dengan rendah hati Engels selalu mengakui bahwa
kemampuan berfikir dia jauh di bawah Marx, dan menyatakan sangat bangga
dapat bekerjasama dengan Marx. Namanya pun tidak tercantum dalam pikiran
yang mereka kembangkan, berdua. Namun sudah saatnya orang mempelajari
buah pikiran Engels sebagai Engels, dan bukan sebagai "kembaran" Marx.